Bali

Bali
—  Provinsi  —
Bendera Bali
Bendera
Lambang Bali
Lambang
Slogan: "Bali Dwipa Jaya"
(Bahasa Kawi: "Pulau Bali Jaya")
Peta lokasi Bali
NegaraIndonesia
Hari jadi14 Agustus 1959 (hari jadi)
Ibu kotaDenpasar (dahulu Singaraja)
Koordinat9º 0' - 7º 50' LS
114º 0' - 116º 0' BT
Demografi
 • Suku bangsaBali (89%), Jawa (7%), Bali Aga (1%), Madura (1%)[2]
 • AgamaHindu (92,3%), Islam (5,7%), Lainnya (2%)
 • BahasaBahasa Bali, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sasak, Bahasa Madura dll
Zona waktuWITA
Lagu kawasanBali Jagaddhita
Situs webwww.baliprov.go.id

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga adalah nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang bertambah kecil di bertambah kurangnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.

Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas masyarakat Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di alam, Bali terkenal sebagai fokus pariwisata dengan keunikan beragam hasil seni-budayanya, khususnya untuk para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

» Provinsi Bali
» Landasan Hukum Pembentukan :
Undang-Undang RI No. 64 Tahun 1958, Tgl. 11-08-1958.
Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1946, Tgl. 08-07-1946.
Peraturan Pemerintah RI No. 2 Tahun 1946, Tgl. 18-04-1946.
» Range Alokasi Kode POS : 80 xxx - 82 xxx
» Range Realita Kode POS : 80111 - 82262
» Lebar Wilayah : 5.780,06 km² (BPS 2013)
» Jumlah Masyarakat : 4.227.705 (DKCS 2013)
» Ibukota : Denpasar
» Jumlah Kota + Kabupaten : 9
» Jumlah Kota : 1       Kabupaten : 8
» Jumlah Disktrik / Distrik : 57
» Jumlah Gampong + Kelurahan : 714
    (Ket : Gampong = Kelurahan = Pekon)
» Jumlah Pulau : 85
    Pulau yang sudah punya nama = 24
    Pulau yang belum punya nama = 61

No.
Provinsi  
DT2 Kota, Kabupaten  
Kecamatan, Distrik  
Kode POS
Jml Gampong
DT2
Kota, Kabupaten  
1BaliKab.BadungAbiansemal8035218
2BaliKab.BadungKuta803615
3BaliKab.BadungKuta Selatan803616
4BaliKab.BadungKuta Utara803616
5BaliKab.BadungMengwi8035120
6BaliKab.BadungPetang803537
7BaliKab.BangliBangli80611 - 806149
8BaliKab.BangliKintamani8065248
9BaliKab.BangliSusut806619
10BaliKab.BangliTembuku806716
11BaliKab.BulelengBanjar8115217
12BaliKab.BulelengBuleleng81111 - 8111929
13BaliKab.BulelengBusungbiu8115415
14BaliKab.BulelengGerokgak8115514
15BaliKab.BulelengKubutambahan8117213
16BaliKab.BulelengSawan8117114
17BaliKab.BulelengSeririt8115321
18BaliKab.BulelengSukasada8116115
19BaliKab.BulelengTejakula8117310
20BaliKotaDenpasarDenpasar Barat80112 - 8011911
21BaliKotaDenpasarDenpasar Selatan80221 - 8022910
22BaliKotaDenpasarDenpasar Timur80232 - 8023911
23BaliKotaDenpasarDenpasar Utara80111 - 8023911
24BaliKab.GianyarBelah Batuh (Blahbatuh)805819
25BaliKab.GianyarGianyar80511 - 8051517
26BaliKab.GianyarPayangan805729
27BaliKab.GianyarSukawati8058212
28BaliKab.GianyarTampak Siring805528
29BaliKab.GianyarTegallalang805617
30BaliKab.GianyarUbud805718
31BaliKab.JembranaJembrana82211 - 8221810
32BaliKab.JembranaMelaya8225210
33BaliKab.JembranaMendoyo8226111
34BaliKab.JembranaNegara82212 - 8221812
35BaliKab.JembranaPekutatan822628
36BaliKab.KarangasemKakak laki-laki8085214
37BaliKab.KarangasemBebandem808618
38BaliKab.KarangasemKarang Asem80811 - 8081311
39BaliKab.KarangasemKubu808539
40BaliKab.KarangasemManggis8087112
41BaliKab.KarangasemRendang808636
42BaliKab.KarangasemSelat808628
43BaliKab.KarangasemSidemen8086410
44BaliKab.KlungkungBanjarangkan8075213
45BaliKab.KlungkungDawan8076112
46BaliKab.KlungkungKlungkung80711 - 8071618
47BaliKab.KlungkungNusapenida8077116
48BaliKab.TabananBaturiti8219112
49BaliKab.TabananKediri82121 - 8212315
50BaliKab.TabananKerambitan8216115
51BaliKab.TabananMarga8218115
52BaliKab.TabananPenebel8215218
53BaliKab.TabananPupuan8216313
54BaliKab.TabananSelemadeg8216210
55BaliKab.TabananSelemadeg / Salamadeg Timur8216210
56BaliKab.TabananSelemadeg / Salemadeg Barat8216211
57BaliKab.TabananTabanan82111 - 8211512

Geografi

Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km bertambah kurang 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membikinnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia lainnya.

Gunung Luhur adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang benar di Bali. Bertambah kurang 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Lain dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.

Berlandaskan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Luhur serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Hal benar pegunungan tersebut menyebabkan Kawasan Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang beda yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang lebar dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di kawasan pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batur. Lingkungan kehidupan Bali yang indah menjadikan pulau Bali terkenal sebagai kawasan wisata.

Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai sasaran kesenian dan peristirahatan, terletak di Kabupaten Gianyar. Nusa Lembongan adalah sebagai salah satu tempat menyelam (diving), terletak di Kabupaten Klungkung. Sedangkan Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi fokus utama pariwisata, sama berat wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa, dll, terletak di Kabupaten Badung.

Ketentuan yang tidak boleh dilampaui wilayah

UtaraLaut Bali
SelatanSamudera Indonesia
BaratProvinsi Jawa Timur
TimurProvinsi Nusa Tenggara Barat

Sejarah

Sawah di bertambah kurang puri Gunung Kawi, Tampaksiring, Bali.

Penghuni pertama pulau Bali diperhitungkan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.[3] Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di gampong Cekik yang terletak di bagian barat pulau.[4] Zaman prasejarah akhir habis dengan datangnya nasihat Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM.

Kebudayaan Bali akhir mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang bagiannya semakin cepat setelah zaman ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di beragam prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong keluaran oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperhitungkan bertambah kurang masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan daya pikir budi juga mulai mengembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (12931500 AD) yang beribadat Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah membentuk kerajaan bawahan di Bali bertambah kurang tahun 1343 M. Masa itu nyaris seluruh nusantara beribadat Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang diantaranya menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan warga Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melangsungkan pendudukannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai kesudahan kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Berasal dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an keberadaan Belanda telah menjadi permanen yang awal mulanya dilakukan dengan mengadu-domba beragam penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melangsungkan serangan luhur lewat laut dan darat terhadap kawasan Sanur dan disusul dengan kawasan Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak mau mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai titk darah kesudahan atau perang puputan yang melilitkan seluruh rakyat sama berat pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperhitungkan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memberi perintah mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memberi perintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan daya pikir budi umumnya tidak berubah.

Jepang menguasai Bali selama Perang Alam II dan masa itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya perihal sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang masa itu menjadikan diri orang bawahan senjata Jepang.

Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di gampong Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memberi segala sesuatu yang diajarkan tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melangsungkan serangan sampai padam pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh bagian batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.

Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan untuk Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali akhir juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui keleluasaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.

Letusan Gunung Luhur yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak masyarakat Bali mengikuti transmigrasi ke beragam wilayah lain di Indonesia.

Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak kawasan lainnya terjadilah penumpasan terhadap bagian dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperhitungkan bertambah dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan masa ini belum sukses diuraikan secara hukum.[5]

Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun akhir di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang lebar karena sebagian luhur korbannya adalah wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.

Demografi

Lahan sawah di Bali

Masyarakat Bali perhitungan sejumlah 4 juta jiwa bertambah, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam, Protestan dan Katolik. Agama Islam adalah agama minoritas terbesar di Bali dengan penganut antara 5-7,2%.

Selain dari sektor pariwisata, masyarakat Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan, yang paling dikenal alam dari pertanian di Bali ialah sistem Subak. Sebagian juga menentukan pilihan menjadi seniman. Bahasa yang dipergunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya untuk yang melakukan pekerjaan di sektor pariwisata.

Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling lebar pemakaiannya di Bali dan sebagaimana masyarakat Indonesia lainnya, sebagian luhur warga Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya warga Bali menjadikan diri orang bawahan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam menyediakan komunikasi. Secara tradisi, penggunaan beragam dialek bahasa Bali ditentukan berlandaskan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung menjadi kurang. Di beberapa tempat di Bali, ditemukan sejumlah pemakai bahasa Jawa.

Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) untuk banyak warga Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang luhur dari industri pariwisata. Para karyawan yang melakukan pekerjaan pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. Bahasa Jepang juga menjadi prioritas pendidikan di Bali.

Transportasi

Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang benar dipulau ini tergolong sangat sama berat dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, jaringan jalan tersedia dengan sama berat khususnya ke daerah-daerah fokus wisatawan yakni Legian, Kuta, Sanur,Nusa Dua, Ubud, dll. Sebagian luhur masyarakat memiliki kendaraan pribadi dan menentukan pilihan menjadikan diri orang bawahannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan sama berat, kecuali taksi dan angkutan pariwisata. Moda transportasi masal masa ini dipersiapkan agar Bali mampu memberi kenyamanan bertambah terhadap para wisatawan. Baru-baru ini untuk melayani kebutuhan transportasi massal yang layak di pulau Bali diluncurkan Trans Sarbagita (Trans Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) Menjadikan diri orang bawahan Bus luhur dengan fasilitas AC dan tarif Rp 3.500.

Sampai sekarang, transportasi di Bali umumnya diadakan di Bali bagian selatan bertambah kurang Denpasar,Kuta,Nusa Dua dan Sanur sedangkan wilayah utara kurang memiliki akomodasi yang sama berat.

Jenis kendaraan umum di Bali atara lain:

  • Dokar, kendaraan dengan menjadikan diri orang bawahan kuda sebagai penarik dikenal sebagai delman di tempat lain
  • Ojek, taksi sepeda motor
  • Bemo/ angkot, melayani dalam dan antarkota
  • Bus Trans Sarbagita ( Koridor 1 < Kota - Garuda Wisnu Kencana (GWK) >) Dan (Koridor 2 < Nusa Dua - Batubulan>)
  • Taksi
  • Komotra, bus yang melayani perjalanan ke kawasan pantai Kuta dan bertambah kurangnya
  • Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.

Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di kabupaten Jembrana dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi yang lama tempuhnya bertambah kurang 30 sampai 45 menit saja. Penyeberangan ke Pulau Lombok menempuh Pelabuhan Padangbai menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu bertambah kurang empat sampai lima jam lamanya tergantung cuaca.

Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota luhur di Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Timor Leste, RRC serta Jepang. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi bisa terlihat dengan tegas dari pantai dan menjadi semacam hiburan tambahan untuk para wisatawan yang menikmati pantai Bali.

Untuk transportasi darat antar pulau di bali benar terminal Ubung-Denpasar dan terminal Mengwi yang menghubungkan pulau Bali dengan Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Terminal Ubung di pulau Bali ini melayani beragam rute antar pulau fokus Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Madura, Jember, dll. Angkutan antar pulau dilayani oleh armada bus luhur dengan kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif. Terminal Ubung relatif ramai mulai pukul 15.00 wita-18.00 wita karena pada jam tersebut banyak bis yang mulai berangkat ke kota tujuuan masing-masing. Untuk anda yang datang keterminal ini harap waspada karena banyak calo yang lebih kurang memaksa penumpang.

Pemerintahan

Peta topografi Pulau Bali

Daftar gubernur

NoFotoNamaMulai PosisiKesudahan PosisiKeterangan
1Anak luhur bagus sutedja.gifAnak Luhur Bagus Sutedja19501958Periode pertama
2 I Gusti Bagus Oka19581959 
3Anak luhur bagus sutedja.gifAnak Luhur Bagus Sutedja19591965Periode kedua
4 I Gusti Putu Martha19651967 
5 Soekarmen19671978 
6Ida Bagus Mantra.jpgProf. Dr. Ida Bagus Mantra19781988 
7Ib oka.gifProf. Dr. Ida Bagus Oka19881993 
8Dewa beratha.jpgDrs. Dewa Made Beratha19982008 
9Pastika Gubernur Bali.jpgI Made Mangku Pastika28 Agustus 20082013 
10Pastika Gubernur Bali.jpgI Made Mangku Pastika20132018 

Daya pikir budi

Musik

Seperangkat gamelan Bali.

Musik tradisional Bali memiliki kecocokan dengan musik tradisional di banyak kawasan lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan beragam alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memperagakan dan gubahannya, misalnya dalam struktur kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dipertontonkan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Benar pula musik Angklung dipertontonkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dipertontonkan dalam beragam upacara lainnya.

Terdapat struktur modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang adalah musik tarian yang dikembangkan pada masa pendudukan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali adalah kombinasi dari beragam alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan daya pikir budi, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling memengaruhi kawasan daya pikir budi di bertambah kurangnya, misalnya pada musik tradisional warga Banyuwangi serta musik tradisional warga Lombok.

Tari

Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga himpunan, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.[7]

Berbakat seni tari Bali I Made Bandem[8] pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; diantaranya yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali diantaranya ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan diantaranya ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged serta beragam koreografi tari modern lainnya.

Salah satu tarian yang sangat populer untuk para wisatawan ialah Tari Kecak dan Tari Pendet. Bertambah kurang tahun 1930-an, Wayan Limbak melakukan pekerjaan sama dengan pelukis Jerman Walter Spies membikin tari Kecak berlandaskan tradisi Sang Hyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini masa berkeliling alam bersama rombongan penari Bali-nya.

Penari belia sedang menarikan Tari Belibis, koreografi kontemporer karya Ni Luh Suasthi Bandem.
Pertunjukan Tari Kecak.

Tarian wali

  • Sang Hyang Dedari
  • Sang Hyang Jaran
  • Tari Rejang
  • Tari Baris

Tarian bebali

Tarian balih-balihan

Pakaian kawasan

Pakaian kawasan Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas rupa-rupanya sama. Masing-masing kawasan di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berlandaskan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat dikenal berlandaskan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.

Pria

Anak-anak Ubud mengenakan udeng, kemeja putih dan kain.

Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:

  • Udeng (ikat kepala)
  • Kain kampuh
  • Umpal (selendang pengikat)
  • Kain wastra (kemben)
  • Sabuk
  • Keris
  • Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.

Wanita

Para penari cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada.

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:

  • Gelung (sanggul)
  • Sesenteng (kemben songket)
  • Kain wastra
  • Sabuk prada (stagen), membebat pinggul dan dada
  • Selendang songket bahu ke bawah
  • Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
  • Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.

Konsumsi

Konsumsi utama

  • Jejeruk
  • Jukut Urab
  • Komoh
  • Lawar
  • Nasi Bubuh
  • Nasi Tepeng
  • Penyon
  • Sate Kablet

Jajanan

  • Bubuh Sagu
  • Bubuh Sumsum
  • Bubuh Tuak
  • Jaja Batun Duren
  • Jaja Begina
  • Jaja Bendu
  • Jaja Bikang
  • Jaja Engol
  • Jaja Godoh
  • Jaja Jongkong
  • Jaja Ketimus
  • Jaja Klepon
  • Jaja Lak-Lak
  • Jaja Sumping
  • Jaja Tain Buati
  • Jaja Uli misi Tape

Senjata

Rumah Aturan sejak dahulu kala

Rumah Bali yang sesuai dengan anggaran Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang menyusun atur letak ruangan dan yang diadakan, layaknya Feng Shui dalam Daya pikir budi China)

Menurut filosofi warga Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara bidang pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa dikata Tri Hita Karana. Pawongan adalah para penghuni rumah. Palemahan berarti harus benar hubungan yang sama berat antara penghuni rumah dan sekeliling yang terkaitnya.

Pada umumnya yang diadakan atau arsitektur tradisional kawasan Bali selalu diberi jawaban adunan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung guna tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian perhubungan. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

Pahlawan Nasional

Dalam daya pikir budi populer

Catatan kaki

  1. ^ Sensus Masyarakat 2010
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2004. 
  3. ^ Taylor (2003), hlm. 5, 7; Hinzler (1995)
  4. ^ Taylor (2003), hlm. 12; Lonely Planet (1999), hlm. 15.
  5. ^ 'Bali', in Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), pp. 241-248
  6. ^ DPRD Bali Didominasi Legislator Baru. VivaNews Edisi 18-05-2009.
  7. ^ Pengkatagorian oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (LISTIBIYA) Bali, tahun 1971. Artikel oleh Tisna, I Gusti Raka Panji, Sekilas Tentang Dinamika Seni Pertunjukan Tradisional Bali dalam Konteks Pariwisata Daya pikir budi, dalam situs Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Copyright © 2006.
  8. ^ Bandem, I Made, Frederik Eugene deBoer. Balinese Dance in Transition Kaja and Kelod. 2nd ed. Oxford University Press, USA. 1995. ISBN-13: 978-967-65-3071-4

Referensi

  • Miguel Covarrubias, Island of Bali, 1946. ISBN 962-593-060-4
  • Foley, Kathy; Sedana, I Nyoman (Autumn 2005), "Mask Dance from the Perspective of a Master Artist: I Ketut Kodi on "Topeng"", Asian Theatre Journal (University of Hawai'i Press) 22 (2): 199–213. 
  • Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6. 
  • Gold, Lisa (2005). Music in Bali: Experiencing Music, Expressing Culture. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-514149-0. 
  • Greenway, Paul; Lyon, James. Wheeler, Tony (1999). Bali and Lombok. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 0-86442-606-2. 
  • Herbst, Edward (1997). Voices in Bali: Energes and Perceptions in Vocal Music and Dance Theater. Hanover: University Press of New England. ISBN 0-8195-6316-1. 
  • Hinzler, Heidi (1995) Artifacts and Early Foreign Influences. From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 24–25. ISBN 962-593-028-0. 
  • Ricklefs, M. C. (1993). A History of Modern Indonesia Since C. 1300, Second Edition. MacMillan. ISBN 978-0333576892. 
  • Sanger, Annette (1988), "Blessing or Blight? The Effects of Touristic Dance-Drama on village Life in Singapadu, Bali", Come Mek Me Hol' Yu Han': The Impact of Tourism on Traditional Music (Berlin: Jamaica Memory Bank): 89–104. 
  • Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5. 
  • Vickers, Adrian (1995), From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 26–35. ISBN 962-593-028-0. 
  • Pringle, Robert (2004). Bali: Indonesia's Hindu Realm; A short history of. Short History of Asia Series. Allen & Unwin. ISBN 1-86508-863-3. 

Lihat juga


Bali
 
Kabupaten
Badung  • Bangli  • Buleleng  • Gianyar  • Jembrana  • Karangasem  • Klungkung  • Tabanan
Lambang Provinsi Bali
 
Kota
 
 
Ibu kota: DKI Jakarta
 
Sumatera
National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Jawa
 
Kalimantan
 
Nusa Tenggara
 
Sulawesi
 
Maluku
 
Papua
 


Sumber :
ilmu-pendidikan.com, prov-bali.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dll-nya.